BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di seluruh
dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama
kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua pertiga dari
yang meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu pertama. Dua pertiga
dari yang meninggal pada minggu pertama, meninggal pada hari pertama. Penyebab
utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan
persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat lahir rendah. Kurang
lebih 99% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar kematian
ini dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang tepat.
Asfiksia neonatorum adalah kegawat daruratan
bayi baru lahir berupa depresi pernapasan yang berlanjut sehingga menimbulkan
berbagai komplikasi. Oleh sebab itu, asfiksia memerlukan intervensi dan
resusitasi segera untuk meminimalkan mortalitas dan morbiditas. Survei atas 127
institusi pada 16 negara—baik negara maju ataupun berkembang—menunjukkan bahwa
sarana resusitasi dasar seringkali tidak tersedia, dan tenaga kesehatan kurang
terampil dalam resusitasi bayi. Sebuah penelitian di 8 negara.
B. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini :
1. Untuk mengetahui
pengertian asfiksia neonatorum.
2. Untuk mengetahui
etiologi dan patofisiologi asfiksia neonatorum.
3. Untuk mengetahui
tanda dan gejala asfiksia neonatorum.
4. Untuk mengetahui
komplikasi dan pencegahan serta penanganan
asfiksia neonatorum.
C. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian
asfiksia neonatorum ?
2. Apakah etiologi
dan patofisiologi asfiksia neonatorum ?
3. Apakah tanda dan
gejala asfiksia neonatorum ?
4. Apakah
komplikasi dan bagaimana pencegahan dan penanganan asfiksia neonatorum ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan
oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan
faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau segera lahir (Prawiro
Hardjo, Sarwono, 1997).
Asfiksia Neonatotum adalah keadaan dimana bayi baru lahir yang tidak
dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini
biasanya disertai dengan keadaan dimana hipoksia dan hiperapneu serta sering
berakhir dengan asidosis (Santoso NI, 1992).
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Hutchinson, 1967).
Keadaan ini disertai dengan hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis.
Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting
yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin
(Gabriel Duc, 1971). Penilaian statistic dan pengalaman klinis atau patologi
anatomis menunjukan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan
morbiditas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966)
yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia
berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi.
B. Etiologi
Pengembangan
paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian
disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau
neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera
setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir ini merupakan
kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama masa kehamilan,
persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi.
Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu
disertai anoksia/hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus dan bayi
mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal pada saat lahir.Penyebab kegagalan
pernafasan pada bayi, adalah :
1. Faktor
ibu
Hipoksia ibu
dapat menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Hipoksia ibu ini
dapat terjadi kerena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau
anastesia dalam.Gangguan aliran darah uterus dapat mengurangi aliran darah pada
uterus yang menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin. Hal
ini sering ditemukan pada keadaan: gangguan kontraksi uterus, misalnya
hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus akibat penyakit atau obat, hipotensi
mendadak pada ibu karna perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dan
lain-lain.
2. Faktor
plasenta
Pertukaran
gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksi
janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
solusio plasenta, perdarahan plasenta, dan lain-lain.
3. Faktor
fetus
Kompresi
umbilikus akan mengakibatkan gangguan aliran darah dalam pembuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran
darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher,
kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor
neonatus
Depresi
pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena ; pemakaian obat
anastesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan
depresi pusat pernafasan janin, traoma yang terjadi pada persalinan mosalnya
perdarahan intra cranial, kelainan kongenital pada bayi masalnya hernia
diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernafasan,hipoplasia paru dan
lain-lain.
C. Patofisiologi
Selama kehidupan
di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam pertukaran gas oleh karena
plasenta menyediakan oksigen dan mengangkat CO2 keluar
dari tubuh janin. Pada keadaan ini paru janin tidak berisi udara, sedangkan alveoli janin berisi cairan yang diproduksi didalam paru
sehingga paru janin tidak berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi darah dalam paru
saat ini sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini disebabkan
oleh karena konstriksi dari arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi
darah paru akan melewati Duktus Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk kedalam
arteriol paru.
Segera
setelah lahir bayi akan menariknafas yang pertama kali (menangis), pada saat
ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli akan mengembang udara
akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli akan meninggalkan alveoli secara
bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol paru akan mengembang dan aliran darah
kedalam paru akan meningkat secara memadai. Duktus Arteriosus (DA) akan mulai
menutup bersamaan dengan meningkatnya tekanan oksigen dalam aliran darah. Darah
dari jantung kanan (janin) yang sebelumnya melewati DA dan masuk kedalam Aorta
akan mulai memberi aliran darah yang cukup berarti kedalam arteriole paru yang
mulai mengembang DA akan tetap tertutup sehingga bentuk sirkulasi
extrauterin akan dipertahankan.
Hipoksia
janin atau bayi baru lahir sebagai akibat dari vasokonstriksi dan penurunan
perfusi pru yang berlanjut dengan asfiksia, pada awalnya akan terjadi
konstriksi Arteriol pada usus, ginjal, otot dan kulit sehingga penyediaan
Oksigen untuk organ vital seperti jantung dan otak akan meningkat. Apabila
askfisia berlanjut maka terjadi gangguan pada fungsi miokard dan cardiac output. Sehingga terjadi penurunan penyediaan oksigen pada
organ vital dan saat ini akan mulai terjadi suatu “Hypoxic Ischemic
Enchephalopathy (HIE) yang akan memberikan gangguan yang menetap pada bayi
sampai dengan kematian bayi baru lahir. HIE ini pada bayi baru lahir akan
terjadi secara cepat dalam waktu 1-2 jam, bila tidak diatasi secara cepat dan
tepat (Aliyah Anna, 1997).
D. Tanda dan gejala klinis
Pada
asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan yang disebabkan oleh
beberapa keadaan diantaranya :
1. Hilang sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi
fungsi jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolic akan mengakibatkan
menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan
jantung.
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan
menyebabkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi
darah mengalami gangguan.
Gejala klinis diantaranya
adalah:
Bayi yang
mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat
dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan
berhenti, denyut jantung juga menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang
secara barangsur-angsur dan memasuki periode apnue primer. Gejala dan
tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi pernafasan cepat,
pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat.Gejala lanjut pada asfiksia :
1. Pernafasan
megap-magap dalam
2. Denyut jantung
terus menurun
3. Tekanan darah
mulai menurun
4. Bayi terlihat
lemas (flaccid)
5. Menurunnya
tekanan O2 anaerob (PaO2)
6. Meningginya
tekanan CO2 darah (PaO2)
7. Menurunnya PH
(akibat acidosis respiratorik dan metabolik)
8. Dipakainya
sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
9. Terjadinya
perubahan sistem kardiovaskular
10. Pernafasan terganggu
11. Detik jantung berkurang
12. Reflek / respon bayi melemah
13. Tonus otot menurun
14. Warna kulit biru atau pucat
E. Kemungkinan
komplikasi yang muncul
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara
lain :
1. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung
yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah
ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik
otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan
perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada
penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat
terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah
jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal
inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium
dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami
gangguan pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang
pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani
akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan
pada otak.
F. Pencegahan asfiksia neonatorum
Pencegahan yang komprehensif dimulai dari masa
kehamilan, persalinan dan beberapa saat setelah persalinan. Pencegahan berupa :
1. Melakukan pemeriksaan antenatal rutin minimal 4 kali
kunjungan
2. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
yang lebih lengkap pada kehamilan yang diduga berisiko bayinya lahir dengan
asfiksia neonatorum.
3. Memberikan terapi kortikosteroid antenatal untuk
persalinan pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
4. Melakukan pemantauan yang baik terhadap
kesejahteraan janin dan deteksi dini terhadap tanda-tanda asfiksia fetal selama
persalinan dengan kardiotokografi.
5. Meningkatkan ketrampilan tenaga obstetri dalam
penanganan asfiksia neonatorum di masing-masing tingkat pelayanan kesehatan.
6. Meningkatkan kerjasama tenaga obstetri dalam
pemantauan dan penanganan persalinan.
7. Melakukan Perawatan Neonatal Esensial yang terdiri
dari:
a. Persalinan yang bersih dan aman
b. Stabilisasi suhu
c. Inisiasi pernapasan spontan
d. Inisiasi menyusu dini
e. Pencegahan infeksi serta pemberian
imunisasi
G. Penanganan
Sesuai dengan standar penanganan kegawat daruratan
yang ke 24 yaitu bidan melakukan penilaian dan resusitasi
1. Penilaian
Aspek yang
sangat penting dari resusitasi bayi baru lahir adalah menilai bayi, menentukan
tindakan yang akan dilakukan dan akhirnya melaksanakan tindakan resusitasi.
Upaya resusitasi yang efesien clan efektif berlangsung melalui rangkaian
tindakan yaitu menilai pengambilan keputusan dan tindakan lanjutan.
Penilaian
untuk melakukan resusitasi semata-mata ditentukan oleh tiga tanda penting,
yaitu :
a. Penafasan
b. Denyut jantung
c. Warna kulit
Nilai apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan
memulai resusitasi atau membuat keputusan mengenai jalannya resusitasi. Apabila
penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau pernafasan
tidak kuat, harus segera ditentukan dasar pengambilan kesimpulan untuk tindakan
vertilasi dengan tekanan positif (VTP).
2. Resusitasi
a.
Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir
Di dalam setiap persalinan,
penolong harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang sangat
berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun
hanya beberapa menit tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan
otak yang berat atau meninggal.
b.
Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan,
bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi
pada ibu dan bayinya serta persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk
membantu kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.
c.
Persiapan Tempat Resusitasi
Persiapan yang diperlukan
meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan
terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan kering, misalnya
meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan
untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di dekat sumber
pemanas (misalnya; lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau
pintu yang terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt
atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.
d.
Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan,
selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan
siap pakai, yaitu:
1) 2
helai kain/handuk
2) Bahan
ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk
kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi
kepala bayi.
3) Alat
pengisap lendir DeLee atau bola karet.
4)
Tabung dan sungkup atau balon dan
sungkup neonatal.
5) Kotak
alat resusitasi.
6) Jam
atau pencatat waktu.
e. Penilaian Segera
Sebelum bayi lahir,
sesudah ketuban pecah:
1) Apakah
air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) pada presentasi kepala.
2)
Segera setelah bayi lahir:
Apakah bayi menangis, bernapas
spontan dan tertatur, bernapas megap-megap atau tidak bernapas, apakah bayi
lemas atau lunglaiSetelah melakukan penilaian dan memutuskan bahwa bayi baru
lahir perlu resusitasi, segera lakukan tindakan yang diperlukan. Penundaan
pertolongan dapat membahayakan keselamatan bayi. Jepit dan potong tali pusat
dan pindahkan bayi ke tempat resusitasi yang telah disediakan.
f. KEPUTUSAN
Putuskan perlu dilakukan tindakan resusitasi apabila:
Putuskan perlu dilakukan tindakan resusitasi apabila:
1) Air
ketuban bercampur mekonium.
2) Bayi
tidak bernapas atau bernapas megap-megap.
3) Bayi
lemas atau lunglai
g. TINDAKAN
Segera lakukan tindakan apabila bayi tidak bernapas atau megap-megap atau lemas:
Segera lakukan tindakan apabila bayi tidak bernapas atau megap-megap atau lemas:
Lakukan langkah-langkah
resusitasi BBL.
1) Langkah-langkah
Resusitasi BBL
Resusitasi BBL bertujuan untuk
memulihkan fungsi pernapasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dan
terselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa di kemudian hari. Kondisi ini
merupakan dilema bagi penolong tunggal persalinan karena disamping menangani
ibu bersalin, ia juga harus menyelamatkan bayi yang mengalami asfiksia.
Resusitasi BBL pada APN ini dibatasi pada langkah-langkah penilaian, langkah
awal dan ventilasi untuk inisiasi dan pemulihan pernapasan.
2)
Langkah awal
Sambil melakukan langkah awal:
a)
Beritahu ibu dan keluarganya
bahwa bayinya memerlukan bantuan untuk memulai bernapas.
b) Minta
keluarga mendampingi ibu (memberi dukungan moral, menjaga dan melaporkan kepada
penolong apabila terjadi perdarahan).
Langkah
awal perlu dilakukan secara cepat (dalam waktu 30 detik). Secara umum, 6
langkah awal di bawah ini cukup untuk merangsang bayi baru lahir untuk bernapas
spontan dan teratur.
LANGKAH AWAL (dilakukan
dalam 30 detik):
a)
Jaga bayi tetap hangat:
Ø
Letakkan bayi di atas kain yang ada di
atas perut ibu atau dekat perineum
Ø
Selimuti bayi dengan kain tersebut,
potong tali pusat.
Ø
Pindahkan bayi ke atas kain ke tempat
resusitasi.
b)
Atur posisi bayi
Baringkan bayi terlentang
dengan kepala di dekat penolong.
Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.
Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.
c) Isap lendir
Gunakan alat pengisap lendir
DeLee atau bola karet.
Ø Pertama,
isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung.
Ø Hisap
lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat memasukkan).
Ø Bila
menggunakan pengisap lendir DeLee, jangan memasukkan ujung pengisap terlalu
dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung)
karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti napas bayi.
d) Keringkan dan rangsang
bayi
Ø Keringkan bayi mulai dari
muka, kepala
dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulai
pernapasan bayi atau bernapas lebih baik.
Ø Lakukan rangsangan taktil
dengan beberapa cara di bawah ini:
Menepuk atau menyentil telapak
kaki, menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan
Berbagai bentuk rangsangan taktil yang dulu pernah dilakukan, sebagian besar tak dilakukan lagi karena membahayakan kondisi bayi baru lahir.
Berbagai bentuk rangsangan taktil yang dulu pernah dilakukan, sebagian besar tak dilakukan lagi karena membahayakan kondisi bayi baru lahir.
Rangsangan yang kasar, keras
atau terus menerus, tidak akan banyak menolong dan malahan dapat membahayakan bayi.
e)
Atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi.
Ø Ganti
kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru (disiapkan).
Ø Selimuti
bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar pemantauan
pernapasan bayi dapat diteruskan.
Ø Atur
kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit ekstensi).
f) Lakukan penilaian bayi.
Ø Lakukan
penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak bernapas.
Bila bayi bernapas normal, berikan pada ibunya:Letakkan
bayi di atas dada ibu dan selimuti keduanya untuk menjaga kehangatan tubuh bayi
melalui persentuhan kulit ibu-bayi, anjurkan ibu untuk menyusukan bayi sambil
membelainya.
Bila bayi tak bernapas atau megap-megap: segera
lakukan tindakan ventilasi.
3) Ventilasi
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positip yang memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positip yang memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
a) Pemasangan sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar
menutupi mulut dan hidung bayi.
b) Ventilasi percobaan (2
kali)
Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveloli paru agar bayi bisa mulai bernapas dan sekaligus menguji apakah jalan napas terbuka atau bebas.
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveloli paru agar bayi bisa mulai bernapas dan sekaligus menguji apakah jalan napas terbuka atau bebas.
Lihat apakah dada bayi mengembang
Bila tidak mengembang
(1) Periksa
posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar.
(2) Periksa
pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran.
(3) Periksa
ulang apakah jalan napas tersumbat cairan atau lendir (isap kembali).
Bila dada mengembang,
lakukan tahap berikutnya.
(4)
Ventilasi definitif (20 kali dalam 30 detik).
Ø Lakukan
tiupan dengan tekanan 20 cm air, 20 kali dalam 30 detik.
Ø Pastikan
udara masuk (dada mengembang) dalam 30 detik tindakan
Ø Lakukan penilaian
Bila bayi sudah bernapas
normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi. Bayi diberikan asuhan pasca
resusitasi.
Bila bayi belum bernapas atau megap-megap, lanjutkan ventilasi.
Bila bayi belum bernapas atau megap-megap, lanjutkan ventilasi.
Ø Lanjutkan
ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20x untuk 30 detik berikutnya.
Ø Evaluasi
hasil ventilasi setiap 30 detik.
Ø Lakukan
penilaian bayi apakah bernapas, tidak bernapas atau megap-megap.
Bila
bayi sudah mulai bernapas normal, hentikan ventilasi dan pantau bayi dengan
seksama, berikan asuhan pascaresusitasi. Bila bayi tidak bernapas atau
megap-megap, teruskan ventilasi dengan tekanan 20 cm air, 20x untuk 30 detik
berikutnya dan nilai hasilnya setiap 30 detik.
Siapkan rujukan bila bayi belum bernapas normal sesudah 2 menit diventilasi.Bila bayi tidak bisa dirujuk,
Siapkan rujukan bila bayi belum bernapas normal sesudah 2 menit diventilasi.Bila bayi tidak bisa dirujuk,
Ø
Lanjutkan ventilasi sampai 20 menit.
Ø
Pertimbangkan untuk menghentikan
tindakan resusitasi jika setelah 20 menit, upaya ventilasi tidak berhasil.
Bayi yang tidak bernapas normal setelah 20 menit diresusitasi akan mengalami kerusakan otak sehingga bayi akan menderita kecacatan yang berat atau meninggal.
Bayi yang tidak bernapas normal setelah 20 menit diresusitasi akan mengalami kerusakan otak sehingga bayi akan menderita kecacatan yang berat atau meninggal.
4)
Asuhan Pascaresusitasi
Asuhan pascaresusitasi
diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi.
Asuhan pascaresusitasi dilakukan pada keadaan:
a) Resusitasi
Berhasil: bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah
ventilasi. Perlu pemantauan dan dukungan.
b) Resusitasi
tidak/kurang berhasil, bayi perlu rujukan yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum
bernapas atau bayi sudah bernapas tetapi masih megap-megap atau pada pemantauan
ternyata kondisinya makin memburuk
c) Resusitasi
gagal: setelah 20 menit di ventilasi, bayi gagal bernapas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum merupakan masalah
pada bayi baru lahir dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Dalam
rangka menurunkan Angka Kematian Perinatal dan Angka Kematian Neonatal Dini,
masalah ini perlu segera ditanggulangi dengan berbagai macam cara dan usaha
mulai dari aspek promotif, kuratif dan rehabilitative.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah
dikemukakan maka dapat diberikan saran-saran sebagai bahan masukan bagi pihak
yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan kualitas dalam pemberian obat anti
diuretik guna menunjang peningkatan kualitas kesehatan ibu sehingga dapat
menjadi literature guna mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
khususnya kesehatan ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar