artikel kesehatan

Kamis, 12 Juni 2014

Hepatitis Kronik pada Kehamilan



Hepatitis Kronik pada Kehamilan

Di Indonesia, angka kejadian hepatitis baik B dan C kronik cukup tinggi dan sering terjadi pada perempuan di usia produktif.  Oleh karena itu hepatitis kronik dapat pula dialami perempuan hamil sehingga sangat penting diketahui bagaimana pengaruh hepatitis kronik pada kehamilan dan persalinan.
Hepatitis B dapat ditularkan secara vertikal dari ibu ke janin, namun sebenarnya jarang terjadi karena plasenta biasanya dapat menjadi penghalang yang efektif terhadap penularannnya. Penularan hepatitis terjadi jika terdapat kebocoran plasenta akibat abortus atau sebab lain. Penularan hepatitis B dapat dicegah jika ibu telah mendapat vaksinasi sedangkan untuk hepatitis C dapat dicegah dengan menjaga kondisi diri dan lingkungan dengan bergaya hidup sehat.
Virus hepatitis B penularannya dapat ditekan dengan pemberian antiviral seperti lamivudin atau telbivudin dengan pertimbangan khusus. Pemberian ASI pada ibu penderita hepatitis B kronik hendaknya dihindari terutama bila puting susu ibu luka. Namun bila bayi telah mendapatkan HBIG dan vaksin hepatitis B pada 24 jam kelahiran dan ibu yang menyusi puting susunya tidak mengalami trauma/luka, maka pemberian ASI dapat dilakukan. 
Hepatitis kronik aktif yang sudah mengalami sirosis dapat mempengaruhi risiko abortus spontan, kelahiran prematur, dan kematian maternal.  Komplikasi terhadap ibu dengan hipertensi yang berat dapat terjadi pada hampir separuh masa kehamilan. Komplikasi tersebut dapat berupa perdarahan varises esophagus, gagal hati, ensefalopati, dan malnutrisi. Oleh Infeksi hepatitis B (HBV) kronis berkembang pada 90% bayi yang terinfeksi saat dalam kandungan dan saat kelahiran. Meskipun transmisi HBV dapat melalui ASI, (+40% ASI dari ibu HBsAg positif juga menunjukkan HBsAg positif) tetapi tidak ada perbedaan kejadian infeksi pada bayi yang mendapat susu formula maupun ASI. Penelitian menggunakan mikroskop elektron memperlihatkan hanya partikel HBsAg  yang terkandung di dalam ASI ibu dengan  HBsAg positif  (tidak ada partikel Dane); hal ini menandakan bahwa ASI tidak menularkan penyakit hepatitis B.
Pemberian Imunoglobulin Hepatitis B (HBIg)  dan  vaksin HBV segera setelah bayi lahir dari ibu penderita hepatitis B dapat mencegah  penularan  pada  lebih dari 95% kasus, tanpa memandang bagaimana pemberian makanannya dan ASI dapat terus diberikan. 

DAFTAR PUSTAKA
  1. Lawrence RM. Host-resistance factors and immunologic significance of human milk. Dalam: Lawrence RA, Lawrence RM, penyunting. Breastfeding a guide for the medical profession.Edisi ke-6. Philadelphia: Mosby, 2005. h. 171-203.
  2. WHO. Effect of breastfeeding on infant and child mortality due to infectious diseases in less developed countries: a pooled analysis. WHO collaborative study team on role of breastfeeding on the prevention of infant mortality. Lancet 2000;355(9202):451-5.
  3. Hanson LA. The role of breastfeeding in prevention of neonatal infection. Semin Neonatol 2002; 7(4):275-81.
  4. Lawrence RM, Lawrence RA. Breast milk and infection. Clin perinatol 2004; 31:501-28.
  5. Lawrence RM. Transmission of infectious diseases through breast milk and breastfeeding. Dalam: Lawrence RA, Lawrence RM, penyunting. Breastfeding a guide for the medical profession.Edisi ke-6. Philadelphia: Mosby, 2005. h. 629-85.
  6. Yasuda A. Evaluation of cytomegalovirus infections transmitted via breast milk in preterm infants with a real-time polymerase chain reaction assay. Pediatrics 2003; 111:1333-6.
  7. American academy of pediatrics. Revised guidelines for prevention of early-onset group B Streptococcal (GBS) infection. Pediatrics 1997; 99:489-96.
Sumber : Buku Bedah ASI IDAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar