artikel kesehatan

Senin, 01 Juni 2015

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS DHF DIRUANG KEMUNING



ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. E
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DHF DIRUANG KEMUNING
RSUD Dr. SOESELO SLAWI KAB TEGAL





DI SUSUN OLEH :
1.      TRI MARDYANTI
2.      M FAHRURROZI
3.      FRISKA OKTAVIANI
4.      MUSTIKA HANI WIJAYA
5.      NOVI MAISSY
6.      TIKA FITRIANINGSIH
7.      DENI ARIYANTO


Pembimbing :
DEDDY UTOMO SKM













AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL
Jl. Dewi Sartika No 1 Debong Kulon Kec. Tegal Selatan Kota Tegal
Telp.(0283) 323523, 323524, Fax. (0283) 323523
Tahun Akademik 2013/ 2014


BAB I
A.     DEFINISI
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.( Hendarwanto; 417; 2004 )
DHF adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus ( arthropodbora virus ) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( Aedes albopictus dan Aedes agypty ). ( Ngastiyah; 341; 1997 )
DHF adalah penyakit demam yang disebabkan oleh virus disertai demam akut, perdarahan, tedensi syok. ( Suryanah; 191; 1996 )
            Demam dengue/ DF dan demam berdarah dengue / DBD ( dengue haemoragic fever / DHF) adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/ nyeri sendi yang di sertai leukopenia , ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan di tesis [hempragik. Pada DBD terjadi pembesaran plasma di tandai dengan hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit ) atau penumpikan cairan di rongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue ( dengue shock sindrom ) adalah demam berdarah dengue yang di tandai oleh renjatan / syok.
( Sudoyo Aru, dkk 2009 )

B.     KLASIFIKASI
Manifestasi derajat penyakit Infeksi Virus Dengue :
DB/DBD
Derajat
Derajat
Laboratorium

DB




DBD





I


II


III



IV
Demam disertai 2 atau
Lebih tanda : mialgia,
Sakit kepala, nyeri retro orbital, artralgia.

Gejala di atas di tambah uji bendung positif.

Gejala di atas di tambah perdarahan spontan

Gejala di atas di tambah kegagalan sirkulasi( kulit dingin lembab disertai gelisah)

Syok berat di sertai dengan tekanan darah dan nadi tidak teratur.
-          Leukopenia
-          Trombositopenia,tidak ditemukan bukti ada kebocoran plasma

Trombositopenia (<100.000/uL)
Bukti ada kebocoran plasma
Serologi dengue positif

Klasifikasi derajat DBD menurut WHO :
-          Derajat I
Demam di sertai gejala tidak khas dan satu satunya manifestasi perdarahan adalah uji torniquet positif.
-          Derajat II
Derajat I di sertai perdarahan spontan di kulit dan/ perdarahan lain.
-          Derajat III
Di temukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun, ( ≤ 20 mmHg ) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah
-          Derajat IV
Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat di ukur.
( sumber BAB Infeksi dan Pediatri Tropis hal, 164 )

C.     ETIOLOGI
Virus dengue termasuk genus flavi virus, keluarga flavidae. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN – 1, DEN – 2, DEN – 3, dan DEN – 4. Keempatnya ditemukan di indonesia dengan DEN – 3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan. Sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 seritipe selama hidupnya. Ke empat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di indonesia.
( Sudoyo Aru dkk, 2009 )

D.    TANDA DAN GEJALA
1.      Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2 – 7 hari di tandai dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
-          Nyeri kepala
-          Nyeri retro orbital
-          Mialgia / artralgia
-          Ruam kulit
-          Manifestasi perdarahan ( petekie atau uji bendung positif )
-          Leukopenia
-          Pemeriksaan serologi dengue positif, atau di temuksn DB / DBD yang sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
2.      Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD di tegakkan bila semua hal di bawah ini di penuhi :
a.       Demam atau riwayat demam akut antara 2 – 7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b.      Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
Ø  Uji torniquet positif
Ø  Petekie, ekimosis, atau pupura
Ø  Perdarahan mukosa ( epitaksis, perdarahan gusi ) saluran cerna, tempat bekas suntikan.
Ø  Hematemesis atau melena.
c.       Trombositopenia < 100.000/ uL
d.      Kebocoran plasma yang ditandai dengan :
Ø  Peningkatan nilai hematokrit    20 % dari nilai baku sesuai umjur dann jenis kelamin.
Ø  Penurunan nilai hematokrit  ≥ 20 % setelah pemberian cairan yang adekuat.
e.       Tanda kebocoran plasma seperti, hopoproteinemia, asiter dan efusi pleura.
3.      Sindrom syok dengue
Setelah kriteria DBD di atas di sertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :
a.       Penurunan kesadaran, gelisah
b.      Nadi cepat dan lemah
c.       Hipotensi
d.      Tekanan darah turun ≤ 20 mmHg
e.       Perfusi perifer menurun
f.       Kulit demam – lembab
( Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA, 2013 )





E.     PATOFISIOLOGI
Fenemona patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstraseluler.
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah verimia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal – pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik – bintik merah pada kulit ( petekie ), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa ( splenomegali ).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan ( syok ).
Hemokonsentrasi ( peningkatan hematokrit > 20% ) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran ( perembesan ) plasma ( plasma leakage ) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu pada penerita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen hemikonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.

Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apanila tidak seger adiatasi dengan baik. Gangguan hemostatis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.

Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda – tanda perdarahan hampir diseluruh alat tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati umumnya membesar denga perlemakan dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau parasentral lobulus hati.( Effendy; 1; 1995 )









F.      PATOFISOLOGI

Arbovirus( melalui,                              beredar dalam aliran                            infeksi virus dengue
Nyamuk aedes aegepty)                                   darah                                                   ( viremia)








 


PGE hipotalamus                                 membentuk & melepaskan                  mengaktifkan
                                                            Zat C3a, C5a                                        komplemen

Hipertermi                                           peningkatan reabsopsi                         permeabilitas memb                                                     Na +  dan H2O                                                ran meningkat


 


Agregasi trombosit                               kerusakan endotel                                resiko syok
                                                            Pembuluh darah                                               hopovolemik

Trombositopeni                                               merangsang &                                      renjatan hipovolemi                                                     mengaktivasi faktor                             k dan hipotensi
                                                            Pembekuan     
                                                                                                                        Kebocoran plasma
                                                           

                                                                        DIC                                                                                                                                                     
Resiko perdarahan                               perdarahan








Resiko perfusi jaringan tidak efektif
 
 



                                                           


 


Asidosis metabolik                              hipoksia jaringan


 


Resiko syok(hipovolemik)                   kekurangan volume                             ke ekstravaskuler
                                                            Cairan
                       

Paru- paru                                                 hepar                                                     abdomen

Efusi pleura                                         hepatomegali                                              ascites


 
                                                                                                                        Mual, muntah
Ketidakefektifan pola nafas
 
                                                            Penekanan abdomen                           







Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh







 

 







                                                                                                                    
( Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA , 2013 )

G.    PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      Darah
Terjadi trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquet yang positif. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokloremia. SGOT, SGPT, ureum dan pH darah mungkin meningkat, sedangkan reserve alkali merendah.
2.       Air Seni
Mungkin ditemukan albuminaria ringan.
3.       Sumsum Tulang
Pada awal sakit biasanya hiposeluler kemudian pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi.
4.      Serologi
o   Serum ganda : pada masa akut dan konvalesen. Kenaiakan antibody antidengue sebanyak minimal 4 kali. Uji peningkatan komplemen ( PK ), uji neutralisasi ( NT ) dan uji dengue blot.
o   Serum tunggal : ada atau tidaknya atau titer tertentu antibody antidengue. Uji dengan blot, Uji Ig M antidengue.
5.      Isolasi virus
Bahannya adalah darah pasien, jaringan – jaringan baik dari pasien hidup melalui biopsi , dari pasien yang meninggal melalui otopsi
 ( Hendarwanto; 422; 2004 )

H.    PENATALAKSANAAN
1.      Penatalaksanaan DHF tanpa penyakit :
Ø  Tirah baring
Ø  Makanan lunak. Bila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak   1,5 – 2 liter dalam 24 jam ( susu, air dengan gula atau sirop ) atau air tawar ditambah dengan garam saja.
Ø  Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberi kompres, antipiretik golongan asetaminofen, eukinia atau diperon dan jang diberikan asetosal karena bahaya pendarahan.
Ø  Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.

2.      Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :
Ø  Pemasangan infuse dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan diatasi.
Ø  Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu dan pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4 – 6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.
Ø  Pada pasien DSS diberi cairan intravena yang diberikan dengan diguyur, seperti Na Cl, laktat ringer yang dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tak tampak pernaikan dapat diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemase, sejumlah 15 – 29 ml/kg berat beban dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfuse darah.
     ( Mansjoer; 432; 2001 )

I.       DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Hipertensi b/d proses infeksi dengue
Tujuan : suhu tubuh klien dalam batas normal
Kriteria hasil :
-          Suhu tubuh dalam batas normal
-          Nadi dan RR dalam rentang normal
-          Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
Intervensi   :
-          Monitor suhu sesering mungkin
-          Monitor warna dan suhu kulit
-          Monitor tekanan darah, nadi,  dan RR
-          Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
-          Monitor intake dan output
-          Selimuti pasien
-          Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antipiretik
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
-          Berat  badan dalam batas normal
-          Mampu mengidentifikasi kebutuhan pasien
Intervensi :
-          Kaji adanya alergi makanan
-          Monitor turgor kulit
-          Monitor mual dan muntah
-          Monitor intake dan output
-          Monitor BB
-          Monitor interaksi anak dan orang tua selama makan
-          Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang di butuhkan.
3.      Resiko syok hipovolemik b/d perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
Tujuan : tidak terjadi hipovolemik
Kriteria hasil :
-          Nadi dalam batas normal
-          Frekuensi nafas dalam batas normal
Intervensi :
-          Monitor status sirkulasi warna kulit, denyut jantung, HR dan ritme nadi perifer dan kapileri refil
-          Monitor suhu dan pernafasan
-          Monitor intake dan output
-          Pantau nilai lab : Hb, Ht, AGD dan elektrolit
-          Kolaborasi dengan memberikan cairan IV atau oral sesuai indikasi
4.      Resiko perdarahan b/d penurunan faktor – faktor pembekuan darah
( trombositopeni )
Tujuan : tidak terjadi komplikasi perdarahan
Kriteria hasil :
-          Tidak ada hematuri dan hematemesis
-          Tidak ada distensi abdominal
-          Hb dan Ht dalam batas normal
Intervensi :
-          Monitor tanda – tanda perdarahan
-          Catat nilai Hb dan Ht sebelum dan sesudah terjadinya perdarahan.
-          Pertahankan bedrest selama perdarahan aktif
-          Mmonitor status cairan yang meliputi intake dan output
-          Pertahankan potensi IV line
-          Kolaborasi dalam pemberian produk darah ( platelet atau fresh frozen plasma)

( Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA , 2013 )








BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Hari / tanggal               : Rabu, 25 Juni 2014
Oleh                             : -
Metode                                    : Wawancara
Sumber informasi        : Anamnesa status pasien
Tempat praktek                        : Ruang kemuning RSUD dr.Soeselo Slawi

A.    Pengkajian
                     I.            IDENTITAS KLIEN
Nama                     : An. E
Usia                       : 11 th
Agama                   : Islam
Pendidikan                         : SD
Alamat                   : Slawi
Nama ayah/ ibu     : Tn. R / Ny. M
Pekerjaan ayah      : wiraswasta
Pekerjaan ibu         : Ibu rumah tangga
Pendidikan ayah    : SMP
Penndidikan Ibu    : SMP
Agama                   : Islam
Alamat                   : Slawi

                            II.            KELUHAN UTAMA
Orang tua klien mengatakan anaknya demam tinggi
                         III.            RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Sejak kurang lebih 3 hari yang lalu tanggal 21-06-2014 sebelum masuk RS klien mengeluh demam tinggi, menggigil panas naik turun, klien di bawa keluarganya ke IGD RSUD dr.SOESELO Slawi untuk mendapatkan perawatan, dan dokter menganjurkan untuk rawat inap, di ruang kemuning. Klien mengatakan badannya masih panas suhu tubuh 39◦ C, ada perdarahan bintik – bintik merah di tangan dan kaki. Nafsu makan turun, mual.



                         IV.            RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Sebelumnya klien tidak pernah mengalami penyakit seperti yang diderita sekarang dan tidak pernah di rawat di rumah sakit. Klien tidak mempunyai riwayat alergi, imunisasi rutin yaitu : polio, DPT, BCG, Hepatitis, dan campak. Klien tidak pernah mengalami kecelakaan, persalinan normal lahir 9 bulan.
                            V.            RIWAYAT KELUARGA
Keluarga mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami sakit seperti ini.
                         VI.            RIWAYAT KEHAMILAN
Pemeliharaan kehamilan di bidan 1 kali tiap bulan. Riwayat penyakit selama kehamilan tidak ada dan selama hamil ibu pasien selalu menjaga kandungannya dengan baik. Setelah persalinan anak lahir sehat dan normal dengan BB 3000 gram. Dan minum ASI sampai umur 2 tahun.
                      VII.            RIWAYAT SOSIAL
Anak di rumah yang mengasuh kedua orang tuanya, anak baik berinteraksi dengan lingkungan dan teman sebayanya di rumah dan sekolahnya.
                   VIII.            KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1.      Diagnosa medis     : Dengue haemoragic Fever ( DHF )
2.      Terapi                    :
Infus D5 ¼ NS 15 tpm
Injeksi                    :
-          Ceftri 2 x 750 mg
-          Genta 2 x 40 mg
-          Dexa  3 x 1/3 amp
-          Ranitidin 3 x 1/3 amp
-          Ondansentron 3 x 2 mg
-          Farmadol 4 x 200 mg
3.      Tindakan keperawatan
-          Memonitor keadaan umum pasien
-          Memonitor TTV , suhu, RR, dan nadi.
-          Menganjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien.
-          Memberikan kompres hangat.
-          Mengkolaborasikan dengan tim medis dengan pemberian obat antipiretik.




4.      Hasil laboratorium
Tanggal : 25 juni 2014
pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
Hemmatologi







Paket darah rutin



Leukosit
12,3
10^3/UL
4,5 – 13,5
Eritrosit
4,7
10^6/UL
3,80 – 5,80
Hemoglobin
10,9
g/dl
10,8 – 15, 6
Hematokrit
L  32
%
33 – 45
Trombosit
L  42
10^3/UL
150 – 400
Diff Count



Eosinofil
L  1,10
%
2,00 – 4,00
Basofil
0,20
%
0 – 1
Netrofil
L  9,30
%
50 – 70
Limfosit
H  70,80
%
25 – 40
Monosit
H  18,60
%
2 - 8













                     


                         IX.            PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL GORDON
1.      Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Status kesehatan anak sejak lahir bagus, orang tua pasien rajin melakukan imunisasi yaitu BCG, polio, campak, DPT, dan hepatitis, yang menyebabkan anak absen berangkat sekolah adalah jika pasien demam, orang tua tidak merokok di dekat anak, mainan anak aman, produk rumah tangga aman, orang tua tahu tentang penyakit anaknya.
2.      Nutrisi – Pola manajemen
Sebelum sakit ortu pasien mengatakan anaknya makan 3x sehari dengan lauk ikan dan sayur sop. Setiap kali makan habis 1 porsi dan minum sekitar 6 – 8 gelas perhari. Setelah sakit ortu pasien mengatakan nafsu makan anaknya berkurang makan 3x sehari dan setiap makan hanya habis 2 – 5 sendok makan saja, dan sesudah makan sering mual dan minum 2 – 4 gelas perhari. Pasien tidak ada pantangan alergi dalam makanan.
3.      Pola eliminasi
Sebelum sakit        : BAB 1 – 2 x/ hari konsistensi lembek warna kuning      bau menyengat.
                              BAK 4 – 5 x/ hari warna kuning jernih bau khas
Setelah sakit           : BAB tidak lancar baru BAB setelah 3 hari warna kuning kecoklatan.
                              BAK 3 – 4 x/ hari warna kuning bau khas.
4.      Pola Istirahat
Sebelum sakit        : tidur siang 2 jam, tetapi kadang- kadang tidak tidur siang karena bermain, jam 13.00 – 15.00 wib
                              Tidur malam 8 – 9 jam/hari jam 21.00- 05.00 wib
Setelah sakit           : tidur siang 2 jam/ hari dari jam 12.00 – 14.00 wib
                              Tidur malam 8 – 9 jam/ hari dari jam 20.00 – 05.00 wib
5.      Pola Aktivitas – Latihan
Sebelum sakit aktivitas klien ke sekolah dan bermain dengan teman sebaya klien di rumah setelah pulang sekolah.
Saat sakit klien tidak beraktivitas, klien hanya beristirahat karena sakit.
6.      Pola Kognitif – Persepsi
Respon anak untuk bicara baik, suara keras, anak mampu mengatakan nama waktu, alamat, mampu mengidentifikasi kebutuhan: lapar, haus, nyeri.
7.      Persepsi diri – Pola konsep Diri
Status mood anak baik, pemahaman anak terhadap identitas diri baik.

8.      Pola Peran Hubungan
Struktur keluarga pasien merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara.
Tinggal bersama orang tua. Interaksi antara anggota keluarga dan anak baik.
9.      Sexualitas
Perasaan anak sebagai laki - laki
10.  Koping – Toleransi Stress
Yang menyebabkan anak stress adalah harus di rawat di RS selalu di suntik, tidak betah, perawat memberi penjelasan agar klien bisa memahami klien dirawat di RS guna penyembuhan klien.
11.  Nilai Pola Keyakinann
Orang tua pasien selalu mengajarkan kepada anaknya untuk menjalankan ibadah dan perilaku yang baik terhadap orang lain. Agama klien islam.

                             X.            PEMERIKSAAN FISIK
1.      Keadaan umum     : compos mentis, lemas.
2.      Tanda- tanda vital  :
S                : 39 ◦ C
Nadi           : 90x/menit
RR             : 20x/menit
3.      TB/BB       : 140 cm/ 25 kg
4.      Kepala       :
Inspeksi     : bentuk bulat, rambut hitam, tidak ada lesi di kulit kepala
Palpasi       : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
5.      Mata
Inspeksi     : pergerakan bola mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva   
                    Tidak anemis.
Palpasi       : tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan.
6.      Mulut
Inspeksi     : bibir kering, mukosa oral kering, tidak ada stomatitis,gigi     tidak karies, tidak ada perdarahan.
Palpasi       : tidak ada benjolan tidak ada nyeri tekan.
7.      Hidung
Inspeksi     : terdapat rambut-rambut hidung, penciuman baik, tidak ada  sesak, tidak ada perdarahan.
8.      Telinga
Inspeksi     : simetris kanan kiri, fungsi pendengaran baik,tidak ada serumen,tidak ada perdarahan.
Palpasi       : tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
9.      Leher
Inspeksi     : tidak ada pembesaran kelenjar vena jugularis dan kelenjar tiroid
Palpasi       : tidak ada pembesaran kelenjar limfe
10.  Dada
Inspeksi     : pergerakan dada simetris
Palpasi       : nyeri tekan
Auskultasi  : bunyi nafas vesikuler,tidak terdengar bunyi tambahan seperti
                  Wheezing atau ronchi.
11.  Jantung
Auskultasi  : pekak pada jantung,bunyi nafas vesikuler,tidak terdengar bunyi tambahan.
12.  Paru
Auskultasi  : bunyi nafas vesikuler, tidak terdengar bunyi tambahan seperti wheezing atau ronchi.
13.  Abdomen
I     : perut datar, tidak ada asites
A   : Bising usus + normal
P    : Timpani
P    : Turgor kulit normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembbesaran hepar
14.  Genetalia : laki – laki, dalam batas normal
15.  Ekstremitas atas     :
Simetris kiri kanan. Terpasang infus D5 ¼ NS 15 tpm di tangan kanan.
ROM baik kekuatan otot 5. Tidak ada edema, akral teraba hangat.
Ekstremitas bawah :
Simetris kiri kanan, kedua tungkai dapat di gerakan, ROM baik, kekuatan otot 5.
16.  Kulit          : dalam batas normal.










ANALISA DATA

NO
Hari/tanggal
Data Fokus
Etiologi
Problem
I









II
 Rabu,
25 juni 2014









Rabu,
 25 juni 2014









DS :
Orang tua pasien mengatakan anaknya demam tinggi selama 3 hari, panas naik turun.
DO :
-          klien tampak lemas
-          suhu : 39 ◦ C
-          nadi : 90x/ menit
-          RR  : 20x/menit


DS :
Orang tua pasien mengatakan nafsu makan anaknya turun, mual dan muntah
DO :
-          Makanan yang di sajikan tidak habis ( hanya 2 – 3 sendok)
-          BB Sekarang 25 kg
-          Bibir tampak kering
 Proses infekksi virus dengue









Intake kurang akibat mual muntah, anoreksia
Hipertermi









Ketidaksembangan
Nutrisi kurang dari
Kebutuhan tubuh.

PRIORITAS MASALAH
1.      Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia.





INTERVENSI KEPERAWATAN
NO
Diagnosa
keperawatan
Intervensi

Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
I
Hipertermi b/d proses infeksi virus  dengue
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan panas anak turun dengan kriteria hasil :
1.      Panas turun/ hilang
2.      Suhu dan nadi dalam batas normal
36,5- 37,2 ◦ C dan 50-90x/menit
1.      Monitor suhu tubuh minimal tiap 2 jam
2.      Jelaskan upaya untuk mengatasi hipertermi dan bantu klien/keluarga dalam melaksanakan kompres hangat pada lipat paha dan aksila
3.      Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh.
4.      Anjurkan keluarga agar pasien banyak minum
 6 – 8 x/ hari
5.      Observasi TTV
6.      Monitor penurunan tingkat kesadaran
II
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang akibat mual, muntah, anoreksia.
Setelah di lakukan tindakan keoerawatan selama 2x 24 jam di harapkan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan kriteria hasil ::
1.      Anak tidak merasa mual dan muntah
2.      Nafsu makan meningkat
3.      Porsi makan habis
4.      Mukosa bibir lembab
5.      BB kembali bertambah
1.      Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
2.      Monitor adanya penurunan BB
3.      Monitor lingkungan selama makan
4.      Monitor mual dan muntah
5.      Libatkan keluarga dalam kebutuhan nutrisi klien
6.      Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vit C
7.      Berikan makanan kesukaan pasien
8.      Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN/ CATATAN PERKEMBANGAN
NO dx
Hari/tanggal/
jam
Implementasi
Keperawatan
Evaluasi
keperawatan
I
Rabu,
25 juni 2014

14.00 wib
14.15 wib
15.00 wib
16.00 wib




18.00 wib
18.30 wib

18.35 wib

18.45 wib



Operan dinas
Mmengobservasi ku pasien
Menyiapkan air hangat
Memberikan injeksi :
farmadol 4x200 mg
ceftri 2x750 mg
ondan 3x 2 mg
dexa 3x ½ amp
mmengobservasi TTV
menganjurkan keluarga untuk kompres hangat
menganjurkan keluarga untuk memberikan banyak minum 8 – 9 gelas/ hari
menganjurkan keluarga untuk memakaikan selimut


S : ibu pasien mengatakan anaknya     masih demam

O :
-          Klien lemas
-          Suhu : 39 ◦ C
-          Nadi : 90x/menit
-          RR : 20x/menit
A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
1.      Mengobservasi ku
2.      Mengobservasi TTV
3.      Menganjrkan keluarga agar pasien banyak minum
4.      Menganjurkan keluarga agar anak di kompres saat panas
II
Rabu,
25 juni 2014
15.30 wib

15.45 wib

16.30 wib

16.45 wib
19.00 wib


21.00 wib


Menganjurkan ortu pasien untuk memberi makan sedikit tapi sering
Menncatat jumlah porsi makan yang di habiskan pasien
Melibatkan keluarga dalam kebutuhan nutrisi pasisen
Mengkaji mual dan muntah
Menjelaskan kepada ortu manfaat nutrisi bagi anak terutama pada saat sakit dan harus mengkonsumsi makanan yang bergizi
Operan dinas malam

S : ibu pasien mengatakan anaknya masih belum nafsu makan

O :
-          Porsi makan yang di habiskan 1/3 porsi
-          BB 25 kg
A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
1.      Menganjurkan ortu agar pasien makan sedikit tapi sering
2.      Mencatat jumlah porsi makan yang di habiskkan
3.      Menjelaskan kepada ortu manfaat nutrisi bagi anak terutama saat  sakit
4.      Menkaji mual muntah

IMPLEMENTASI KEPERAWATANN/ CATATAN PERKEMBANGAN

NO
DX
Hari /tanggal
/jam
Implementasi
keperawatan
Evaluasi
keperawatan
I
Kamis,
26 juni 2014
07.00 wib
07.17 wib
07.30 wib
07.40 wib
O8.00 wib




12.00 wib
12.20 wib

12.30 wib

14.00 wib


Operan dinas pagi
Mengobservasi ku pasien
Melakukan verbedden
Melakukan mengoplos obat injeksi dan oral
Melakukan injeksi :
Farmmadol 4x200 mg
Ceftri 2x 750 mg
Dexa 3x 1/3 amp
Ondan 3x 2 mg
Mengobservasi TTV
Menganjurkan ibu untuk kompres hangat jika anak panas
Menganjrkan kepada keluarga untuk mmemakaian selimut pada anak
Operan dinas  siang


S : Ibu pasien mengatakkan anaknya demamnya sudah mulai turun

O :
-          Lemas
-          Suhu : 37 ◦ C
-          N  : 90 x/ menit
-          RR : 20x / mmenit
A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkkan inttervensi
1.      Mengobservasi ku
2.      Melakukan ttv
3.      Menganjurkan keluarga untuk mengompres hangat jika anak panas
4.      Menganjurkan ortu untuk memakaikan selimut pada anak
II
Kamis,
26 juni 2014
09.00 wib

12.15 wib

12.25 wib


14.00 wib


Menganjurkan ortu pasien untuk memberi makan sedikit tapi sering
Mencatat jumlah porsi makan yang di habiskan
Melibatkan keluarga dalam kebutuhan nutrisi pasiien
Mengkaji mual dan muntah
Operan dinas siang


S : ortu pasien mengatakan anaknya masih tidak nafsu makan
O :
-          Porsi makan yang di habiskkan 1//3 porsi
-          BB 25 kg
A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi
1.      Mencatat jumlah porsi makan yang di habiskkan
2.      Mengkaji mual muntah
3.      Melibatkan keluarga dalam kebutuhan nutrisi pasien

Tidak ada komentar:

Posting Komentar