Teknologi
dan Formulasi Sediaan Steril
Sediaan steril adalah sedian yang selain memenuhi
persyaratan fisika-kimia juga persyaratan steril. Steril berarti bebas
mikroba. Sterilisasi adalah proses untuk mendapatkan kondisi steril.
Desinfektan adalah pembunuh baktreri yang
penggunannya pada benda mati, misalnya pada lantai. Antiseptik adalah
pembunuh bakteri yang penggunannya pada jaringan hidup, misalnya pada kulit dan
luka.
Injeksi adalah sediaan steril yang
diberikan melalui penyuntikkan pada lapisan kulit. Infus adalah sediaan
yang penggunannya sama dengan injeksi teapi volumenya lebih besar (lebih dari
100 ml). Radiofarmasi yaitu sediaan farmasi yang obat aktifnya merupakan
zat radioaktif. Larutan irigasi adalah larutan steril yang dipakai secara
topikal, untuk mencuci sela-sela atau lubang tubuh termasuk luka (merupakan
larutan NaCl 0,9%, dikemas dalam volume besar dan botol mulut lebar).
Zat diagnostik adalah zat-zat yang digunakan untuk
mendiagnosis. Misal evans blue untuk kontrol volume darah. Ekstrak
alergenik adalah zat yang digunakan untuk menguji sensitivitas terhadap
sesuatu, misal antibiotik. Ekstrak ini diencerkan dengan aqua steril saat akan
digunakan.
Sediaan
steril dapat berwujud:
1.
Padat steril
-
merupakan obat steril
-
merupakan obat untuk injeksi, yaitu obat kering yang disuspensikan bila akan
digunakan. Contoh: sodium ampisilin. Karena ampisilin tidak stabil dalam
cairan, maka dibuat padat. Cara pembuatannya yaitu dengaa liofilisasi pada suhu
rendah dengan pengeringan steril, kemudian didinginkan sampai -60oC
untuk pembekuan. Selanutnya dilakukan sublimasi (dengan pengurangan tekanan
secara bertahap), cairan menguap, sodium ampisilin padat tertinggal.
2.
Semi padat, misal salep mata.
3.
Cair, misal injeksi.
Syarat
obat dikatakan berkualitas jika memenuhi syarat sebagai berikut:
1.
Efikasi
Efikasi
mencakup kemanjuran suatu obat yang dalam terapi termasuk efektivitas obat
dalam terapi.
2.
Safety
Keamanan
ini antara lain meliputi: keamanan dosis obat dalam terapi, memberikan efek
terapi sesuai dengan yang diinginkan dan tidak memberikan efek toksik atau efek
samping yang tidak diinginkan.
3.
Aceeptable
Maksudnya
disukai oleh pasien. Jadi obat perlu dibuat sedemikian menarik dan mudah
dipakai konsumen.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kualitas sediaan:
1.
Terapi, meliputi:
-
dosis efektif obat. Obat dibuat dalam dosiss yang disesuaikan dengan dosis
terapi efektif obat tersebut.
-
lama penggunaan obat. Hal ni juga berpengaruh pada penentuan bentuk sediaan
obat yang akan dibuat dan besarnya dosis obat, sehingga pasien tetap merasa
nyaman selama terapi.
-
farmakokinetika obat. Meliputi waktu paruh, absorpsi, t ½ eliminasi, Vd, Cl,
dan lain-lain.
2.
Sifat fisika-kimia meliputi:
-
ukuran partikel
-
sifat alir
-
kompaktibilitas
-
ketahanan terhadap kelembapan
Sifat
fisika kimia inilah yang menetukan formulasi dan pemilihan metode pembuatan
sediaan obat.
SEDIAAN PARENTERAL
Keuntungan sediaan parenteral:
- aksi
obat lebih cepat
- cocok
untuk obat inaktif jika diberikan oral
- obat
yang mengiritasi bila diberikan secara oral
- kondisi
pasien (pingsan, dehidrasi) sehingga tidak memungkinkan obat diberikan
secara oral.
Kerugian sediaan parenteral:
- tidak
praktis
- butuh
alat khusus (untuk injeksi)
- sakit
- risiko,
kalau alergi atau salah obat maka tidak bisa langsung dihilangkan
- butuh
personil khusus, misal di rumah sakit oleh dokter atau perawat.
Alasan obat dibuat sediaan
parenteral:
1.
Kadar obat sampai ke target
Jumlah
obat yang sampai ke jaringan target sesuai dengan jumlah yang diinginkan untuk
terapi.
2.
Parameter farmakologi
Meliputi
waktu paruh, C maks., onset.
3.
Jaminan dosis dan kepatuhan
Terutama
untuk pasien-pasien rawat jalan
4.
Efek biologis
Efek
biologis tidak dapat dicapai karena obat tidak bisa dipakai secara oral.
Contoh: amphoterin B (absorbsi jelek) dan insulin (rusak oleh asam lambung).
5.
Altrnatif rute, jika tidak bisa lewat oral.
6.
Dikehendaki efek lokal dengan menghindari efek atau reaksi toksik
sistemik.
Contoh:
methotreksat, penggunaan secara intratekal untuk pengobatan leukimia.
7.
Kondisi pasien
Untuk
pasien-pasien yang tidak sadar, tidak kooperatif, atau tidak bisa dikontrol
8.
Inbalance (cairan badan dan elektrolit)
Contoh:
muntahber serius, sehingga kekurangan elektrolit yang penting dan segera harus
dikembalikan
9.
Efek lokal yang diinginkan. Contoh: anestesi lokal
Faktor-faktor
farmasetik yang berpengaruh pada penggunaan parenteral:
- Kelarutan
obat dan volume injeksi
Kelarutan
obat akan berpengaruh pada volume injeksi, jika mudah larut mak volume yang
diberikan kecil. Untuk obat yang sukar larut dapat dibuat dalam bentuk suspensi
atau dengan kosolvensi.
2.
Karakteristik bahan pembawa
-
water: air ada spesifikasi khusus
-
water-miscible solvent (solven yang campur dengan air)
-
water-immiscible solvent (solven yang tidak campur dengan air)
3.
pH dan osmolalitas injeksi
a.
Isohidris yaitu pH larutan sama dengan pH darah. Kalau bisa pH sama
dengan pH darah, tapi tidak selalu, tergantung pada stabilitas obat. Contoh:
ijeksi aminofilin dibuat sangat basa karena pada kondisi asam akan terurai.
Dalam pembuatan ditambahkan etilendiamin untuk menaikkan kelarutan dari
aminofilin.
Aminofilin
injeksi
2,4%
24%
R/
Teofilin
2,0
20,0
Etilen
diamin
0,55
5,5
Aqua
p.i.
ad
100
ad 100 ml
Cara
pemberian
i.v.
i.m.
b.
Isotonis, yaitu tekanan osmosis larutan sama dengan tekanan osmosis
cairan tubuh. Di luar isotonis disebut paratonis, meliputi: hipotonis dan
hipertonis.
-
hipotonis yaitu tekanan osmosis larutan lebih kecil dari tekanan osmosis cairan
tubuh (NaCl 0,9%). NaCl jika terurai menjadi Na (15,1 mOsmol) dan Cl (154
mOsmol) sehingga total 308 mOsmol. Sedangkan tekanan osmosis cairan tubuh yaitu
300 mOsmol. Pada hipotonis, cairan masuk ke tubuh dan masuk ke sel darah merah,
sehingga sel darah merah bisa pecah (irreversibel)
-
hipertonis, yaitu tekanan osmosis larutan lebih besar dari tekanan osmosis
cairan tubuh. Air kan mengalir keluar dari sel darah sehinggga sel mengkerut
(krenasi), bersifat reversibel.
4.
Tipe bentuk sediaan
- larutan
- suspensi
- emulsi
- solid
Kecepatan
pelepasan obat dari bentuk sediaan:
-
aquous solution
-
aquous suspensi
-
oleagonous solution
-
oil in water (o/w)
-
water in oil (w/o)
-
oleagenous
Mekanisme
pelepasan:
- Suspensi:
berlaku sebagai obat yang hipertonis, mengambil cairan dari jaringan
sekitar. Maka, akhirnya bisa larut. Walau sudah larut semua, cairan tetap
sebagai hipertonis.
- Oleagenous:
o/w
–> iv
w/o
–> tidak boleh i.v.
- Mengapa
w/o lebih lama? Karena water keluar dulu dari sistem emulsi, baru masuk k
sel tubuh. Jadi ada dua barier.
- Suspensi:
terlarut, statusnya tetap hipertonis
Cara
menghitung isotonis:
1.
cara w
Satuan
g% atau g/100 ml
Contoh:
Dibuat
100 ml, kadar 10 mg/ml.
a
= 0.101
b
= 0.76
Jawab:
Kadar
metadon = 10mg/ml = 1000 mg/100ml = 1 g/100ml (1%).
NaCl
0.9% = 0.52 (disebut isotonis)
1/0.9
x 0.52 = 0.76 (isotonis)
Zat
itu hipo atau hiper?
Liat
a. Jika
a
= 0.52 (isotonis)
a
< 0.52 (hipotonis)
a
> 052 (hipertonis)
w
= zat pengisotonis yang perlu ditambahkan
kalau
tanda negatif ditulis, hipernya berapa?
a
bisa gabungan, bisa dilihat di tabel.
2.
cara h
H
= mh / fh x (0.28 fa/ma x a + fb/mb x b …….) g/L
mh
= berat
fh
= faktor disosiasi
-
netral
: 1
-
asam lemah, baa lemah : 1.5
-
kuat
: 1.8
Contoh
infus laktat:
NaCl
0.3 (a) –> 3 g/L
KCl
0.1 (b) –> 1 g/L
CaCl2
0.1 (c) –> 1 g/L
Aqua
ad 100 –> 1000
Jawab:
h
= 1.8/58.5 x 3 + 1.8/….. x 1 + 1.8/…… x 1
Dalam
penggunaan metode h lebih simpel, tidak perlu tabel
SYARAT SEDIAAN STERIL
Harus
memenuhi 3 syarat berikut, yaitu secara fisika, kimia, dan biologi.
FISIKA
Tipe
sediaan larutan
- Sediaan
obat harus jernih. Jernih maksudnya tidak ada partikel yang tidak larut
dalam sediaan tersebut. Jadi, meskipun sediaan berwarna, tetap terlihat
jernih (tidak keruh).
- Tidak
berwarna. Maksudnya sediaan larutan bisa saja berwarna, namun warna
larutan sama dengan warna zat aktifnya sehingga tidak ada campuran warna
lain dalam sediaan itu.
- Bebasa
dari partikel asing. Partikel asing; partikel yang bukan penyusun obat.
Sumber partikel bisa berasal dari: air, bahan kimia, personil yang
bekerja, serat dari alat/pakaian personil, alat-alat, lingkungan, pengemas
(gelas, plastik).
- Keseragaman
volume/berat. Terutama untuk sediaan solid steril.
- Memenuhi
uji kebocoran. Terutama untuk injeksi yang dikemas dalam ampul. Uji
kebocoran dapat dilakukan dengan:
-
uji dengan larutan warna (dye bath test)
-
metode penarikan vakum ganda (the double vacuum pull method)
6.
Stabil. Artinya sediaan tidak mengalami degradasi
fisika. Misal jika bentuk sediaan larutan maka sediaan tersebut tetap berada
dalam bentuk larutan (bukan suspensi). Sifat stabil ini berkaitan dengan
formulasi. Ketidakstabilan dapat dilihat dari:
a.
terjadi perubahan warna
Contoh:
larutan adrenalin yang awalnya berwarna jernih karena teroksidasi akan menjadi
merah karena terbentuk adenokrom.
b.
terjadi pengendapan
Contoh:
injeksi aminophilin dibuat dengan air bebas CO2, karena jika tidak
bebas CO2 maka akan terbentuk theopilin yang kelarutannya kecil
dalam air sehingga akan mengendap. Akibatnya dosis menjadi berkurang.
CO2
+ H2O –> H2CO3 (asam)
Aminopilin
+ Asam –> theopilin + etilen diamin
Pengatasan:
injeksi aminophilin dibuat dari theopilin dan etilen diamin berlebih.
Tipe
sediaan SUPENSI
MACAM
PELARUT
1.
Air
Air
merupakan pelarut utama. Akan dijelaskan lebih mendetail setelah ini.
2.
Pelarut yang dapat campur dengan air (water miscible solvent).
Jika
zat aktif dari sediaan injeksi tidak stabil dalam air, maka pengatasannya
dengan dibentuk sediaan kering steril atau dengan sistem kosolvensi. Aqua
kosolven: pelarut pembantu, tidak pernah dipakai tunggal, tetapi campuran.
Macam-macam kosolven yang bisa digunakan:
- glikols
(glikol, propilen glikol, PEG BM rendah). PEG bersifat higroskopis
sehingga kemampuan untuk melarutkan zat kurang, sehingga dipakai yang
anhidrous dan BM rendah. Propilen glikol + benzil akohol (suhu 40oC),
untuk injeksi digoxin.
- etanol/alkohol
- dimetil
asetamid, dimetil formasmide, DMSO. Pelarut ini larut sempurna dengan air,
toksisitas akutnya rendah, toksisitas kronisnya merusak liver.
- N-(B-hidroksietil),
laktamid
- aseton
(kosolven pada obat antitumor dan antibiotik)
- asam
organik (asam laktat, asam sitrat)
- surfaktan
(emulphor EL-714, chremophor, plurnic F 68, lesitin)
- antibeku
(gliserol sp 5%, alkohol 15%).
3.
Pelarut yang tidak dapat campur dengan air (water immiscible solvent).
Contoh:
minyak kacang (peanut oil), minyak wijen (oleum sesame), minyak
biji kapas (cotton seed), minyak jagung (corn oil), minyak zaitun
(olive), paraben cair. Oleum sesame dianggap pelarut yang paling baik
untuk jenis pelarut golongan ini karena mengandung komponen penstabil (pencegah
tengik). Sedangkan paraben sekarang dilarang penggunaanya.
Sebagai
pelarut juga harus emenuhi batasan klorida, kalsium, ion sulfat, CO2.
logam berat, oxidizable substance dengan total zat padat terlarut kurang
dari 10 ppm (ppm = % x 104).
REVERSE OSMOSIS
Reverse
Osmosis yaitu metode pemurnian air dengan prinsip pemisahan solute melalui
membran semipermiabel dari konsentrasi tinggi ke kosentrasi rendah. Maka akan
terjadi penolakan terhadap solut pada permukaan filter sehingga tidak bisa
menembus membran. RO merupakan kebalikan dari osmosis. Osmosis adalah dari
konsentrasi rendah ke tinggi.
Filter
dipasang untuk menyaring partikel kasar. Berdasarkan ukuran partikel, filter
dibuat berbeda ukuran porinya.
Partikel
besar
↓
Bakteri
↓
Virus
↓
Pirogen
↓
Ion
Untuk
membunuh nikroba dapatdengan klorinasi/penambahan kaporit. Namun kaporit ini
tidak boleh ada dalam air, jadi harus dihilangkan dengan karbon aktif.
Selanjutnya karbon aktif dapat dipisahkan dari air dengan filter.
Keuntungan
RO:
1.
energi lebih efisien dibanding dengan destilasi
2.
hasil labih banyak
3.
biaya lebih murah
Kerugian
RO:
1.
In process control lebih ketat
2.
air segera digunakan pada waktu 24 jam, jikalebih dari itu maka harus disimpan
pad suhu 70-80oC agar kualitas air tidak menurun.
Manfaat:
1.
air minum dari air laut
2.
pembuatan WFI
Cara
penyimpanan air untuk injeksi:
WFI
disimpan dalam suhu ekstrim untuk mencegah pertumbuhan mikroba yaitu suhu <
5oC atau 80oC.
Sumber
panas dapat dipakai steam atau hot water. Heat exchanger
berfungsi untuk menurunkan suhu pada storage tank sebelum digunakan.
Jika suhu masih terlalu tinggi maka akan masuk ke return sirkuit. Air
yang dihasilkan harus dicek dalam endotoksinometer dan dijaga kadar endotoksin
< 0,25 SU/ml, ion klor, ammonia, partikel padat.
METODE STERILISASI
Sumber
pencemaran produk:
1.
manusia
2.
bahan awal
Untuk
masuk ruangan steril harus dibungkus rangkap tiga:
-
lapisan 1 (terluar): dilepas sebelum masuk ruangan penyangga
-
lapisan 2: dilepas diruang penyangga
-
lapisan 3: masuk ruangan steril
3.
produk sendiri (pencemaran sendiri). Untuk kontrol kebersihan, kotoran maksimal
10 ppm.
4.
air di pabrik
5.
udara atau lingkungan pabrik
6.
makanan dan minuman
7.
sisa bahan pembersih
8.
limbah pabrik (harus diproses dengan baik)
9.
instalasi pembuangan
10.
serangga dan hewan lain (pengerat), atau hewan percobaan.
Macam
limbah: cair, padat, cair semipadat, suara dalam desibel, gas. Limbah lain
dapat diproses dulu seperti beta-laktam, sepalosporin baru boleh dicampur bahan
lain. Di gudang dipasang alat penangkap serangga dan tikus.
Bila
suatu mesin akan digunkan untuk proses suatu zat,mak mesin harus dibilas dulu
dan bilasan terakhir tidak boleh mengandung lebih dari 10 ppm zat sebelumnya.
Pengecekan
limbah:
a.
fisika: diaduk, pengenapan, dilihat kejernihan
b.
kimia. Parameter: Biologycal Oxygen Demand (BOD0, Chemical Oxygen Deand (COD,
dan Dissolve Oxygen (DO).
c.
biologi: dengan ikan mas, jika tidak ada yang mati berate kotoran inimal.
Mengap ikan mas? Karena ikan mas sensitif terhadap air kotor.
Uji
sterilitas
Ada
beberapa metode:
1. Direct inoculation of culture medium
Meliputi
pengujian langsung dari sampel dalam media pertumbuhan. Menurut British
Farmakope:
a.
media tioglikolat cair yang mengandung glukosa dan Na Tioglikolat cocok untuk
pembiakan aerob. Suhu inkubasi 30-35oC.
b. Soya bean casein digest medium
Media
ini membantu pertumbuhan bakteri anaerob dan fungsi. Suhu inkubasi 30-35oC,
sedang fungi 20-25oC.
2.
Membran filtrasi
Teknik
yang banyak direkomendasikan farmakope, meliputi filtrasi cairan melalui
membran steril. Filter lalu ditanam dalam media. Masa inkubasi 7-14 hari karena
mungkin organisme perlu adaptasi dulu.
3.
Introduction od concentrate culture medium
Medium
yang pekat langsung dimasukkan dalam wadah sampel yang akan ditumbuhkan. Tidak
banyak digunakan, hanya dipakai bila ada kecurigaan akan adanya bakteri.
Uji
pirogen
1.
Secara kualitatif: Rabbit test
Berdasarkan
respon demam pada kelinci. Digunakan kelinci karena kelinci menunjukkan respon
terhadap pirogen sesuai dengan keadaan manusia. Kenaikan suhu diukur
melalui rektal.
2.
Secara kuantitatif: LAL test
Cara
uji in vitro dengan menggunakan sifat membentuk gel dari lisat amebasit dari
limulus polifemus. Uji ini 5-10 kali lebih sensitif dari Rabbit test.
Kondisi
LAL-test:
a.
pH larutan 6-7
b.
suhu 37oC
c.
kontrol negatif: aquadest (pelarut)
d.
kontrol positif (pirogen/endotoksin)
e.
keuntungan: cepat, mudah, praktis
Referensi
http://nikenprawesty.blogspot.com/2012/02/ampisilin-ampicilliinum.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar